Rabu, 24 September 2014

Kodok Buduk (Bufo melanostictus)


Nama Ilmiah         : Bufo melanostictus Schneider, 1799
Nama Inggris        : Asian Toad
Nama Lokal           : Kodok Buduk, Kodok Puru
Bufo melanstictus
Deskripsi: Memiliki benjolan-benjolan hitam yang terbesar di bagian atas tubuh dengan moncong yang runcing. Jari kaki dan jari tangan hampir sama dalam keadaan tumpul. Pada jari kaki terdapat selaput yang melebihi setengah jari
Kodok yang sedang besarnya; jantan antara 55-70 mm, sedangkan betina 60-80 mm SVL (snout-vent length, dari moncong ke anus). Di atas ubun-ubun terdapat sepasang gigir (crest) pendek. Sepasang kelenjar parotoid yang besar, oval sampai menyegitiga, terletak di atas bahu. Masing-masing diikuti dengan sederet bintil-bintil yang membesar, hingga ke depan paha.
Punggung kecoklatan, keabu-abuan atau kehitaman, dengan coreng-moreng kecoklatan. Ada pula spesimen yang berwarna coklat kemerahan, dengan deretan bintil di belakang parotoid berwarna merah jambu. Beberapa bercak hitam di punggung terletak tidak simetris. Sisi perut (ventral) berwarna putih keabu-abuan, dengan bercak-bercak gelap kehitaman terutama di sekitar dada. Bintil-bintil di punggung dan perut lebih halus daripada bangkong kolong Duttaphrynus melanostictus, namun berbentuk meruncing. Juga perut umumnya tidak segendut melanostictus. Jantan biasanya dengan tenggorokan kemerahan.
Kaki dan tangan pendek-pendek namun kuat. Jari-jari tangan berujung tumpul, tanpa menggembung, tanpa selaput renang. Sedangkan jari-jari kaki berselaput renang sampai sekitar setengahnya.

Kebiasaan dan penyebaran

Kodok ini biasa ditemukan di lingkungan hutan-hutan primer dan hutan sekunder, serta di sekitar hunian manusia. Di lingkungan pemukiman,kodok ini agak jarang ditemukan dekat rumah dan lebih banyak di sekitar kolam atau belumbang di kebun dan pekarangan.
Untuk memikat betinanya, kodok jantan mengeluarkan suara nyaring dari atas tanah di dekat tepi kolam atau air. Terkadang kodok ini juga berbunyi dari vegetasi yang tumbuh di air, misalnya dari semak sikejut Mimosa pigra sekitar 1-2 meter dari tepian. Bunyi: pirroook.. kirrooo..ook ! , nyaring dan parau berulang-ulang.
Ketika kawin, betinanya meletakkan ratusan butir telur dalam satu rangkaian panjang di genangan air.
Kodok ini menyebar terbatas di Indonesia bagian barat, mulai dari Lampung di pulau Sumatra, Jawa, Bali dan Lombok. Diintroduksi ke Sulawesi.

4 komentar:

  1. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  2. mantap gans,pembahasan yang menarik tentang si buduk,ditunggu postingan berikutnya....sukses selalu gan!

    BalasHapus